Rabu, 28 Januari 2009

MENGINGAT DAN LUPA


MENGINGAT DAN LUPA

SERTA STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

0leh: Nelson, M.Ag


I. PENDAHULUAN


Manusia adalah makhluk yang unik dan sempurna. Makhluk ini dengan segala kelebihan dan kelemahan serta kekuatan intelegensinya mampu mencipta, merubah, serta memprediksi segala sesuatu yang akan terjadi atau mungkin terjadi. Manusia sadar dirinya yang memiliki daya cipta, imajinatif serta invrofisasi terhadap segala yang ada di permukaan bumi ini. Akan tetapi manusia juga sering melupakan tentang Allah yang memberikan segala bentuk kekuatan asa dan karsa yang dimilikinya itu. 


Sebagai makhluk yang diberikan kelebihan akal untuk mengingat dan mengetahui segala ciptaan Allah, manusia seakan-akan tidak menyadari bahwa semua itu adalah anugrah dari Sang Maha Penganugrah.
Mengingat Allah ( Zikrullah) merupakan kewajiban manusia kepada Allah, dimanapun dan kapanpun manusia berada, agar Allah senantiasa memberikan ketenangan batin dan kebahagian dalam hidup. Allah telah berfirman di dalam Al-Qur’an: “ Dan apabila manusia ditimpa bencana, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali (taat) kepadanya; tetapi apabila Dia memberikan nikmat kepadanya dia lupa (akan bencana) yang pernah ia berdo’a kepada Allah sebelumnya…. (QS:39:8).


Di dalam ayat di atas tergambar bahwa fungsi fisikis yang dimiliki manusia adalah mengingat dan melupakan. Manusia apabila ia tidak memiliki sesuatu yang dibutuhkannya, maka ia pasti minta (ingat) atau berdo’a kepada Allah untuk mendapatkannya. Tetapi sebaliknya apabila ia telah memperolehnya maka manusia kembali melupakan Sang Pemberinya.


Dalam makalah ini penulis akan mengkebiri arti mengingat dan lupa, serta bagaimana strategi pembelajarannya dalam psikologi pendidikan Islam.


II. PEMBAHASAN


A. Mengingat dan Lupa


Mengawali pembahasan ini, penulis mengungkapkan dua buah prolog yang dapat merangsang fikiran serta pemahaman kita terhadap permasalahan yang akan dibahas.


Prolog 1 : “Banyak membaca membuat anda banyak tahu, sedikit membaca membuat anda sedikit tahu, orang yang sedikit tahu lebih dekat kepada kebodohan, orang yang bodoh lebih dekat kepada kemiskinan, orang yang miskin lebih dekat kepada kekufuran,[1] dan orang yang kufur dekat dengan kuburan dan Neraka Jahannam.


Kemudian prolog 2 : “ what I Hear, I forget. What I Hear and See, I remember a little. What I Hear, See and Ask Questions abaout or Discuss with Someone Else, I Begins Understand. What I Hear, See, Ask Questions abaout or Discuss ang Do, I Acquire Knowledge and Skill. What I Teach to Another, I Master”.[2]


Dalam prolog pertama, penulis memahami bahwa orang yang banyak membaca, maka ia kan banyak tahu. Artinya bahwa orang yang banyak tahu tantang segala sesuatu berarti ia ingat banyak hal. Mengingat banyak hal yang sudah tersimpan dalam sensory memory, dan mampu menularkannya kembali kedalam hal-hal yang bersifat positif, merupakan tugas perkembangan manusia itu sendiri.


Melengkapi prolog di atas penulis menambahkan bahwa orang yang kufur dekat dengan kuburan dan neraka Jahannam adalah menunjukkan bahwa orang yang sedikit tahu dan sangat sedikit memahami kehidupan ini, maka ia akan dihancurkan oleh kelupaan dan kebodohan yang ia miliki


Seterusnya dalam prolog kedua, penulis memahami bahwa apa yang saya dengar, saya lupa. Artinya kalau hanya dengan mendengar saja memungkinkan seseorang bisa lupa dengan apa yang baru saja ia dengar, tanpa melihat sesuatu itu. Dan apa yang saya dengar dan lihat, saya baru ingat sedikit , artinya bahwa sesorang baru sadar ia baru mampu memahami sedikit saja tentang sesuatu srhingga ia membutuhkan orang lain untuk mendiskusikan yang lain hingga ia mengerti dan mulai memahami sesuatu yang sulit. Seseorang yang sudah mampu mendengar, melihat dan bertanya-jawab tentang sesuatu yang didiskusikan, serta mampu melakukannya dalam bentuk aktivitas lain , maka ia telah memiliki pengetahuan dan kemampuan. Seseorang yang telah memiliki kemampuan memberikan pelayanan kepada orang yang membutuhkan, maka ia itu adalah seorang master terhadap sesuatu yang sedang diupayakan dan dikerjakan.
Jadi di dalam kedua prolog itu ada kesan bahwa manusia tidak akan mampu mengetahui, bahkan sampai mengingat sesuatu tanpa bantuan orang lain. Manusia dapat mengalami kehilangan ingatan kalau ia lupa untuk mengingat Allah, karena pada kenyataannya ilmu yang Allah berikan kepada manusia masih sangat sedikit.


Mengingat dan Lupa adalah dua kata yang memiliki pengertian yang kontradiktif. Mengingat.[3] berasal dari kata dasar ingat yang kemudian ditambah dengan awalan meng, maka ia berkonotasi usaha atau aktivitas. Dalam kamus Bahasa Indonesia Mengingat berasal dari kata ingat artiya berada dalam pikiran; tidak lupa. Mengingat adalah ingatan (akan), memikirkan, memperhatikan, menilik dengan pikiran.


Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang mendorong untuk mengingat atau ingat kepada Allah. Ada beberapa ungkapan yaitu: “a fa lâ tatazakkarûn” (tidakkah mereka ingat), “la’allahun yatadzakkarûn” (agar mereka ingat), “qalîlan mâtatadzakkarûn” (sedikit sekali yang mereka ingat), “a fa lâ yatadzakkarûn” (tidakkah mereka ingat), “la’allahum yadzadzakkarûn” (mudah-mudahan mereka ingat), qalîlan mâ tadzakkarûn” (amat sedikit kalian mengambil pelajaran), “wa li yatadzakkara ulul albâb” (dan supaya orang-orang yang berakal mengambil pelajaran), “innamâ yatadzakkaru illâ ulul albâ” (Sesungguhnya hanyalah orang-orang yang berakallah yang ingat), “wa mâ yadzdzakkaru illâ ulul albâb” (dan tak ada yang ingat, kecuali otang-orang yang berakal).[4]

Mengingat adalah segala bentuk upaya untuk merefleksikan dan meretensikan ingatan terhadap apa yang telah disimpan utuh dalam sensory memory. Merefleksikan adalah merupakan manifestasi dari berfikir akan segala sesuatu yang telah muncul dalam ingatan nyata, sehingga ia memerlukan tindakan lebih lanjut. Me-retensi[5]-kan adalah menularkan kembali apa yang telah diingat seseorang, atau mencoba menelusuri pengalaman hidup melalui ingatan. Seperti Pendidik dan peserta didik terlibat dalam pre-test awal belajar dimulai.
Guru meninjau pikiran anak apakah mereka sudah fokus dengan materi pembelajaran yang sudah dipelajari dan yang akan diajarkan kemudian. Usaha evaluasi awal ini merupakan retensi dari seluruh materi yang telah diajarkan dan disampaikan guru pada pertemuan sebelummnya. Sedangkan siswa mengingat dan mengemukakan bahwa mereka sudah sangat mengerti dengan materi yang telah diajarkan oleh gurunya pada minggu-minggu sebelumnya.


Mengingat membutuhkan ingatan yang kuat. Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima seseorang (Coon, 1983). Ingatan ini sangat selektif dasn terdiri dari tiga tahap, yaitu :[6]

  1. Ingatan sensorik, yang menyimpan apa yang dilihat dan didengar (icon-untuk stimulus yang bersifat visual, dan echo/gema = untuk stimulus yang bersifat audio). Penyimpanan informasi di dalam ingatan sesorik ini hanya untuk sesaat saja (kurang dari setengah detik). Informasi yang penting akan disimpan untuk selanjutnya diteruskan keingatan jangka pendek (short term memory) sedang yang tidak penting akan dibuang/dilupakan.
  2. Ingatan jangka pendek (short term memory). Apa yang tersimpoan di dalam ingatan sensorik kemudian diteruskan ke ingatan jangka pendek setelah disaring terlebih dahulu. Seleksi ini tergantung kepada perhatian mahasiswa terhadap stimulus yang datang. Di dalam ingatan jangka pendek informasi/stimuli disimpan dalam bentuk suara. Ingatan jangka pendek ini merupakan gudang sementara untuk informasi yang baru masuk, dan hanya mempunyai kapasitas yang sangat terbatas. Kemampuan yang terbatas ini akan menghambat proses belajar sesuatu yang baru, dan dinamakan rentangan ingatan (memory span). Rentangan ini diukur dari jumlah butir yang dapat diingat kembali setelah informasi diterima. Pada umumnya orang hanya dapat mengingat butir yang lebih banyak, dan agar jumlah informasi yang masuk yang akan ditampung di dalam ingatan jangka pendek ini dapat lebih banyak, diperlukan pengelompokkan atau penyatuan informasi (=chunking), di samping pengulangan-pengulangan (rehearsal).
  3. Ingatan jangka panjang ( long term memory) bersifat relatif permanen dan terdiri dari informasi-informasi penting yang akan diteruskan dari ingatn jangka pendek. Informasi yang masuk ini terlebih dahulu dibandingkan dengan apa yang telah tersimpan di dalam ingatan jangka panjang. Apabila informasi baru tersebut sama dengan apa yang telah ada maka hal ini akan mempermudah penyimpanan. Informasi yang berada di ingatan jangka panjang disimpan untuk waktu yang tidak terbatas lamannya.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis melihat bahwa ingatan merupakan alat untuk mengkonglusikan segala jenis informasi yang masuk ke dalam memory atau otak manusia untuk diproses. Setiap informasi yang masuk baik itu informasi jelek ( bad information ) maupun informasi yang baik ( good infotmation ) akan mengalami pendaur-ulangan sebelum dikeluarkan, yang mungkin dapat berupa tindakan nyata atau dalam bentuk perenungan.


Akyas Azhari mengemukakan pendapatnya dan menyerbutkan beberapa pendapat ahli psikologi tentang ingatan. Ingatan (memory) ialah suatu daya yang dapat menerima, menyimpan, dan memproduksi kembali informasi yang telah lampau. Kohnstam mengatakan bahwa ingatan adalah semacam pekerjaan jiwa yang berhubungan di dalam suatu waktu. Sedangkan Stern menyatakan bahwa ingatan sebagai hubungan pengalaman dengan masa lampau.[7]


Penulis setuju dengan pendapat-pendapat di atas, bahwa ternyata ingatan merupakan alat untuk mengungkapkan apa yang telah diingat pada masa lalu meskipun waktunya sudah lama, yang berhubungan dengan pengalaman dalam perjalanan hidup, baik diwaktu kecil, masa remaja, masa dewasa dan tua. Mengingat dengan mengoptimalkan ingatan, artinyaq sama dengan memfokuskan pikiran atas segala sesuatu yang mau diingat.


Penulis melihat bahwa para sufi dalam membersihkan hati dan pikirannya (ingatan) memerlukan latihan-latihan jiwa. Para sufi menyebut istilah ini dengan ‘uruj, kamâl, dan zawâl yang datang bergantian. Uruj adalah keadaan pikiran ketika seseorang berpikir dengan energi dan antusiasme. Kondisi yang kamâl adalah diserap selama waktu ketika suatu aksi sedang dilakukan sampai pada titik kulminasinya yang diproduksi oleh pikiran. Zawâl adalah suatu keadaan pikiran ketika kekuatan antusiasme lenyap, kenikmatan dan kesedihan dari perbuatan telah berlalu, tetapi memori tetap.[8]


Lupa.[9] berarti lepas dari ingatan, tidak dalam pikiran (ingatan) lagi; tidak sadar (tahu akan keadaan dirinya atau keadaan sekelilingnya); lalai; tidak acuh. Lupa adalah kebalikan dari ingat, dan merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan di dalam ingatan jangka panjang. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa kata-kata yang tidak berarti akan lebih mudah dilupakan daripada kata-kata yang ada artinya. Seseotang dapat melupakan informasi yang telah diperoleh karena :

  1. Memang tidak ada ingatan yang tersimpan. Informasi yang tidak pernah disimpan dengan baik di dalam ingatan jangka panjang maupun jangka pendek (mungkin karena tidak menarik perhatian dan sebagainya),
  2. Ia gagal untuk merubah ingatanjangka pendek menjadi ingatan jangka panjang karena kurang adamya pengulangan atau karena ia dapat mengelompokkan informasi yang diperolehnya,
  3. Ia mengalami kesulitan daloam mencari kembali informasi yang telah disimpan,
  4. Sebagian ingatan telah aus dimakan waktu. Memang setelah beberapa waktu sebagaian ingatannya akan kabur atau hilang hilang/rusak,
  5. Ingatan tidak pernah dipakai,
  6. Materi tidak dipelajari sampai benar-benar dikuasai (underlearned),
  7. Materi tidak diberi kode dengan baik di dalam ingatan jangka panjang. Pemberian kode ini tergantung pada (1) kecepatan penyajian dan volume materi, dan (2) volume materi yang disajikan di dalam satu kali penyajian,
  8. Adanya gangguan dalam bentuk informasi lain yang menghambatnya untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari.[10]

Forgetting : “My memory is the thing I forget with”[11] artinya lupa adalah ingatan saya adalah sesuatu yang saya lupa dengannya. Penulis memahami bahwa lupa itu adalah kondisi psikis seseorang yang sangat labil, sehingga untuk mengintertpretasikan atau meretensikan segala sesuatu yang telah dipelajari, dipahami, dan diingat ia tidak memiliki daya atau kemampuan sedikitpun.


Sebuah analogi dalam bentuk teka-teki : “Kalau anda ingat, ia akan tinggal, kalau anda lupa, ia akan ikut”, apakah itu?. Pemahaman yang penulis ungkapkan adalah rumput kanji memikiki buah yang merupakan bekal benih baru dengan kepala putik yang tajam sehingga mampu menembus serat kain celana. Buah rumput itu apabila ia sudah menembus serat kain celana, maka ia tanpa kita sadari sedikitpun ikut kemanapun kita pergi. Dan apabila kita ingat ada rumput kanji di kain celana kita maka otomatis kita akan membuangnya.


Jadi ingat dan lupa merupakan fitrah manusia, untuk itu keduanya perlu untuk dikembangkan dengan jalan latihan-latihan mengingat dan latihan-latihan melupakan. Maksudnya adalah bahwa banyak mengingat sesuatu yang positif adalah wajib dikembangkan agar ia berdaya guna bagi kehidupan mahmudah. Melupakan yang sesuatu yang negatif wajib dikembangkan untuk menghindari kehidupan yang mazmumah.


B. Strategi Pembelajaran dalam Psikologi Islam


Pertanyaan yang mendasar adalah kenapa seseorang kadang-kadang ingat dan sering lupa?. Orang tua sering berpikir, apakah ingatan anak saya lemah sehingga nilai merah di rapornya banyak?. Atau kenapa saya lupa dengan janji saya?. Khususnya dalam proses belajar mengajar, bahwa kesulitan peserta didik dalam mengingat materi pelajaran adalah merupakan proses lupa yang perlu diantisipasi. Cara-cara yang dapat ditempuh dosen untuk mengurangi faktor lupa adalah :

  1. Menyajikan informasi dalam bentuk yang menarik perhatian mahasiswa sehingga informasi yang telah dipilih atau sideleksi dapat disimpan di dalam ingatan jangka pendek/panjang.
  2. Mengadakan pengulangan kembali tentang apa yang telah di pelajari mahasiswa,
  3. Memberikan umpan balik tentang hasil belajar mahasiswa yang sekaligus akan merupakan penguatan bagi mereka.
  4. Mengajar mahasiswa untuk dapat menyeleksi informasi yang penting untuk diingat,
  5. Memberikan selang waktu istirahat setelah mahasiswa belajar sesuatu,
  6. Tidak memberikan materi yang hampir serupa sekaligus sehingga mereka akan sulit mengingat kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya atau apa yang dipelajari sesudahnya.
  7. Tidak menyajikan materi sekaligus dalam jumlah banyak, dan
  8. tidak menyajikan mayeri terlalu cepat, sehingga mahasiswa tidak memperoleh kesempatan untuk menyeleksi informasi yang diberikan, mengkodekan, serta menyimpannya dalam ingatan jangka panjang.[12]

Pemakalah setuju dengan pendapat ini, bahwa di dalam proses belajar mengajar dosen ataupun guru harus mampu mempergunakan semua instrumen belajar mengajar, baik dalam cara mengajar (mengunakan metode), mengambil alat peraga yang cocok dan pas, mengatur belajar dan perkuliahan agar tak monoton, menampilkan irama dan gerak tubuh yang baik, artinya semua yang ditampilkan itu mengantarkan peserta didik untuk dapat mengingat kembali suatu pesan atau informasi yang diberikan sewaktu-waktu.


Selanjutnya ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah diketahui sebelumnya:

  1. Rekoleksi, yaitu menimbulkan kembali dalam ingatan sesuatu peristiwa, lengkap dengan segala detail dan hal-hal yang terjadi di sekitar tempat peristiwa itu dahulu terjadi. Misalnya, seorang pria mengingat peristiwa di mana untuk pertama kali ia pergi dengan seorang gadis.
  2. Pepembaharuan ingatan, hampir sama dengan reko;elsi, tetapi ingatannya hanya timbul kalau ada hal yang meramgsang ingatan itu. Misalnya dalam contoh di atas ingatan timbul setelah pria tersebut secara kebetulan berjumpa kembali dengan gadis yang bersangkutan.
  3. Memanggil kembali ingatan, yaitu mengingat kembali suatu hal, sama sekali terlepas dari hal-hal lain di masa lalu. Misalnya mengingat sajak. Yang diingat di sini hanya sajak saja. Tetapi pada suatu saat apa sajak itu dipelajari untuk pertama kalinya, tidak diperhatikan lagi.
  4. Rekognisi, yaitu mengingat kembali sesuatu hal setelah menjumpai sebagian dari hal tersebut. Misalnya ingat sesuatu lagu, stelah mendengar sebagian dari nada-nada tersebut.
  5. Mempelajari kembali, terjadi kalau kita mempelajari sesuatu yang dulu pernah kita pelajari. Mka untuk mempelajarinya hala yang sama kedua kalinya, banyak hal-hal yang akan diingat kembali, sehingga tempo belajar dapat menjadi jauh lebih singkat.[13]

Penulis melihat pendapat di atas perlu ditambah dengan cara rekonstruksi, artinya dosen atau guru perlu menata kembali semua bnetuk materi ajar kedalam bentuk silabus, kodifikasi, dan penataan sumber belajar dan bahan pelajaran yang sudah ada dipelajari selama ini ke dalam bentuk atau modif yang lebih menarik. Hal ini akan berpengaruh pada keinginan dan kehendak jiwa untuk selalu setia mengingat sesuatu yang menarik meskipun sulit.


Kalau dikorelasikan antara ingat dan lupa dalam ajaran Islam, maka sebenarnya banyak ayat dan hadis yang merefleksikan kita untuk melakukan berbagai upaya agar pikiran dan perasaan (aql =akal) selalu dalam keadaan lurus dan bersih. Dalam hal ini ada beberapa hal sebagai langkah pemurnian pikiran dan jiwa, serta tindakan yang dapat memperkokoh diri agar senantiasa selalu berada dalam kebenaran, dan jauh dari kealfaan.


Dalam hal ini penulis memberikan konsep ideal agar akal manusia memiliki kemampuan yang kuat untuk mengingat, dan terhindar dari kelupaan. Ada beberapa langkah penting yang perlu dilakukan:

  1. Meluruskan niat. Niat adalah buhulnya ibadah. Tanpa niat segala sesuatu pekerjaan akan sia-sia. Dalam kaitanya dengan berbagai aktivitas termasuk belajar, maka seseorang yang telah menyerahkan dirinya kepada Allah, ia akan mendapatkan hasil maksimal dari niatnya yang tulus dan ikhlas itu. Rasul SAW. bersabda : Dari Umar Bin Khatab r.a, Rasulullah bersabda: “Hendaklah setiap pekerjaan dimulai dengan niat, sesungguhnya kamu akan mendapatkan hasil dari niat itu….” (HR. Bukhari).Jadi dengan meluruskan niat terlebih dahulu maka seseorang akan terhindar dari penyakit lupa, dan selalu mampu mengingat seluruh hal tentang kabaikan.
  2. Berdo’a dan zikir.Doa adalah buhulnya segala bentu usaha dan ikhtiar manusia. Apabila manusia sebelum melakukakn aktivitasnya maka ada kemungkinan segala usahanya tidak berkah, atau tidak dikabulkan. Berdoa yang diiringi dengan berzikir kepada Allah akan membukakan pintu hati, dan menerangkan sensori memorinya sehingga ia jauh dari lupa dan selalu merasa ingat dengan berbagai hal.
  3. memakan makanan yang halal lagi baikMakanan adalah sumber gizi bagi tubuh manusia. Gizi yang baik tentu berasal dari makanan yang halal lagi baik. Sedangkan gizi buruk berasal dari makanan yang tidak halal. Makanan yang tidak halal akan menyebabkan fungsi-fungsi psikisnya menjadi error (rusak). Pada beberapa ayat Allah menjelaskan agar kita menjauhi makanan dan minuman seperti khamar, yang mampu melelmahkan akal, serta menghilangkan ingatan.
  4. Mensucikan diri dengan berbagai latihan.Membersihakan diri dari segala hal yang subhat dan maksiat, akan memciptakan perkembangan psikis yang paripurna. Melaksanakan ibadah sebagai kewajiban mahdah (pokok) akan melatih dan menenangkan jiwa. Jiwa yang tenang kan melahirkan prilaku yang baik pula. Tazkiah an-Nafs adalah metode penting dalam melatih atau mensucikan jiwa. Tazkiah an-Nafs dapat pula dilengkapi dengan tazkiah al-aql (pensucian akal).
  5. Shalat dengan tekun.Shalat adalah doa kepada Allah. Shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar yang disebabkan oleh pengaruh syetan. Syetan dapat memutarbalikkan fakta manusia, terlebih lagi manusia yang lemah akalnya. Dengan melaksanakan shalat dengan kusyuk, maka jiwa kan tenang dan dengan mudah memahami segala sesuatu yang ada tanpa mengalami black main set.
  6. Selalu introspeksi diri.Mengintrospeksi diri adalah kemutlakan bagi setiap manusia, sebab dengan melakukan pembanahan akan diri secara komperhensif, maka seseorang kan terhindar dari kelalaian-kelalaian diri yang setiap saat akan mengancam. Kelalain-kelalaian itu berasal dari pengaruh-pengaruh psikis yang dialami seseorang sepanjang hidupnya.

Menurut penulis mungkin dengan beberapa langkah yang ditawarkan di atas setiap orang yang mau melakukannya akan terhindar dari lemahnya akal dan pikiran. Artinya bahwa dengan melaksanakan semua itu akan menciptakan jiwa yang pari purna. Dengan demikian jiwa yang paripurna merupakan modal dasar dalam pembinaan mental dan kejiwaan seseorang. 


Penulis melihat pada saat ini kenapa banyak di antara siswa dan mahasiswa yang mengalami gangguan pskologis, mereka sering lupa dan kurang ingatan, semua itu ternyata dipengaruhi oleh beberapa hal di atas yang semerta tidak dilaksanakan. Barangkali berbagai macam usaha sudah dilaksanakan oleh pendidik di sekolah, guru dengan metode mengajar yang berpvariasi merangsang otak siswa untuk dapat menerima dan memahami segala materi pelajaran, namun kenyataannya berbagai factor yang dapat menghambat mereka kearah yang demikian. 


Seyogyanyalah pengimplementasian nilai-nilai agama senatiasa dilakukan oleh orang tua, guru dan para pendidik lainnya, agar teciptanya kondisi fisik dan psikis yang prima. Sebab dalam tubuh yang kamil akan mencermikan dan menciptakan akal yang kamil. Akal yang sempurna akan menciptakan insan al-kamil.


III. PENUTUP


Mengingat adalah berusaha meretensikan segala sesuatu yang sudah tersimpan dalam utuh short term memory, long term memory. Mengingat membutuhkan ingatan yang kuat. Ingatan yang kuat membutuhkan memory yang sehat dan kuat pula.


Lupa adalah penyakit jiwa yang harus dilatih dan dikembangkan sehingga baik siswa, mahasiswa mampu mengaplikasikan segala ilmu yang telah didapatkan. Sifat pelupa menyebabkan manusia menjadi bodoh dan jauh dari best thinking.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar